Gaya Hidup Mahasiswa Zaman Sekarang

17 Oct
Pergerakan kaum intelektual dalam hal ini pelajar dan mahasiswa tidak bisa lepas dari sejarah bangsa Indonesia. Sejarah mencatat pergerakan kaum intelektual telah mengubah nasib bangsa ini. Tahun 1908 sekelompok pelajar STOVIA mendirikan Boedi Oetomo karena peduli dengan nasib bangsa Indonesia dan melahirkan pergerakan baru dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
          Pergerakan kaum intelektual yang sangat fenomenal dalam sejarah Indonesia adalah saat menumbangkan rezim orde baru pada tahun 1998. Pelajar, mahasiswa, dan masyarakat Indonesia bersatu menuntut adanya reformasi. Mereka menilai pemerintahan orde baru  telah gagal akibat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Soeharto dan kroni-kroninya.
Di tahun 1998 gerakan mahasiswa sangatlah berpengaruh. Masyarakat sangat mendukung berbagai gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa. Pandangan masyarakat terhadap mahasiswa adalah sebagai agen perubahan masyarakat. Mahasiswa berhasil memenuhi tuntutan masyarakat untuk berperan sebagai agen perubahan.
          Dengan dua contoh di atas, peranan kaum intelektual adalah sebagai agent of social control (kontrol sosial) dan agent of change (agen perubahan). Kedua fungsi kaum intelektual (mahasiswa) berfungsi dengan baik dan masyarakat mendapatkan peran nyata masyarakat. Saat itu peran mahasiswa berhasil dan dianggap sebagai kekuatan yang ditakuti oleh para penguasa karena dapat menggalang massa.
          Jika kita tarik dengan keadaan pasca reformasi, mahasiswa seperti kehilangan momentum. Tidak ada konsep perjuangan yang jelas membuat mahasiswa seperti kehilangan arah. Pergerakan reformasi pada tahun 1998 hanya dianggap sebagai euforia belaka. Mahasiswa seakan-akan tidak perduli lagi dengan nasib bangsa ini, hanya ada segelintir mahasiswa yang masih perduli dan konsisten mengawal reformasi.
Problematika Yang Terjadi di Mahasiswa
          Gaya hidup mahasiswa sekarang sangatlah berbeda dengan mahasiswa zaman dahulu. Pada zaman sekarang, pengaruh gaya hidup barat sangat terasa. Mahasiswa menjadi hedonis. Kita bisa lihat, betapa banyaknya acara-acara hedonis yang diselenggarakan oleh mahasiswa dibandingkan dengan acara bakti sosial. Budaya barat telah meracuni pikiran mahasiswa terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bagi masyarakat,
Dengan sistem pendidikan nasional sekarang, membuat mahasiswa hanya mengejar nilai (indeks prestasi) dan berpikir bagaimana caranya agar dapat lulus dengan cepat. Sistem pendidikan seperti itu menekan mahasiswa, membuat mahasiswa terkurung dalam lingkaran kekakuan. Mahasiswa tidak dapat bergerak secara bebas dan leluasa.
          Dengan sistem pendidikan sekarang, membuat mahasiswa kehilangan pikiran kritisnya. Mahasiswa didogma oleh kampus untuk cenderung berpikir secara pragmatis dalam menghadapi berbagai persoalan. Sistem pendidikan sekarang ampuh menghilangkan idealisme mahasiswa. Sistem pendidikan melatih kita (pelajar dan mahasiswa) untuk menjadi kuli.
          Dampaknya adalah dengan kurikulum seperti itu membuat mahasiswa jauh dari masyarakat. Sehingga mahasiswa tidak peka lagi menangkap realitas sosiologis dan realitas psikologis yang terjadi dalam masyarakat. Mahasiswa menjadi kelompok elite dan jauh dari masyarakat.
Hal ini diperparah lagi dengan maraknya tawuran antar mahasiswa, perusakan kampus oleh mahasiswa. Kita bisa melihat sendiri dalam tayangan televisi betapa anarkisnya tindakan mahasiswa. Hal-hal tersebut dapat merugikan mahasiswa sendiri. Masyarakat pun bersikap antipati terhadap mahasiswa, bahkan mencap buruk mahasiswa.
          Akibatnya aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa dianggap dingin oleh masyarakat. Dari mahasiswanya sendiri pun bersikap apatis. Aksi-aksi mahasiswa yang biasanya berupa demonstrasi pun hanya dianggap angin lalu oleh penguasa. Aksi-aksi mahasiswa telah kehilangan kekuatan sebagai penyalur aspirasi.
            Hilangnya idealisme mahasiswa dan dukungan masyarakat membuat mahasiswa seperti kehilangan arah. Momentum-momentum seperti reformasi pun manjadi kehilangan jiwanya. Reformasi dan mahasiswa seperti berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada yang mengawal reformasi, sehingga reformasi seperti kehilangan arah dan kebablasan.
Solusi
          Melihat fenomena tersebut, maka kita mempunyai kewajiban untuk mengubah mentalitas yang hedonis dan pragmatis tersebut kembali kepada jati diri mahasiswa, yang mempunyai idealisme tinggi. Salah satu jalan alternatif untuk itu adalah dengan menghadapkan langsung mahasiswa pada masalah-masalah yang terjadi di dalam masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu melihat permasalahan secara makro, tidak seperti sekarang ini yang hanya berdemonstrasi tanpa melihat masalah dari dua pihak yang berbeda, yaitu masyarakat dan pemerintah.
          Dengan menghadapkan langsung mahasiswa kepada masalah yang terjadi di masyarakat, mahasiswa diharapkan mampu menangkap realitas sosiologis dan psikologis masalah. Mahasiswa dilatih untuk berpikir kritis dan mencari solusinya, tidak hanya bisa mengkritik.
Di samping itu, supaya berjalan seimbang, fungsi unversitas sebagai fungsi pengabdian masyarakat harus dilaksanakan tidak hanya terbatas pada simbol, tetapi benar-benar real di dalam aplikasinya. Hal itu, dimaksudkan untuk menolak pandangan kampus sebagai menara gading. Dengan begitu, idealisme serta daya kritis mahasiswa yang terasa hilang akan dapat dibangunkan kembali.
          Mahasiswa dapat mengabdikan ilmunya yang didapat di dalam perkuliahan untuk masyarakat. Degan cara ini, tidak ada lagi jurang pemisah antara masyarakat dengan mahasiswa. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa akan pulih. Mahaiswa pun pada akhirnya kembali mendapat dukungan dari masyarakat.
Sumber :

Gaya Hidup Orang Indonesia

17 Oct
Dalam setiap kehidupan kita mungkin sudah mengenal apa yang namanya gaya hidup, dia adalah sesuatu yang selalu ada dan dipraktekan oleh manusia disekelilingnya. Gaya hidup juga sudah menjadi panutan bagi orang-orang yang mengenalnya, karena dengan seperti itu akan nampak cara hidup yang mereka inginkan, sesuai kebutuhan mereka tanpa harus memikirkan orang lain, asiknya gaya hidup juga bisa dirasakan oleh beberapa kaum remaja yang masih melihat trend-trend gaya hidup sekarang ataupun masa depan, yang lebih dikenal dengan gaya hidup modern.
Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya. Yah, tergantung pada bagaimana orang tersebut ngejalaninnya.
Dewasa ini, gaya hidup sering disalahgunakan oleh sebagian besar remaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Mereka cenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja, mode yang mereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak pintar dalam memflter mode dari orang barat tersebut, maka akan berpengaruh negatif bagi mereka sendiri.
Salah satu contoh gaya hidup para remaja yang mengikuti mode orang barat dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah ” Berpakaian “. Masalah berpakaian para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Karena, sebagian remaja Indonesia khususnya, dalam berpakaian selalu mengkuti mode yang berlaku. Bahkan yang lebih menyedihkan, di stasiun-stasiun tv banyak ditampilkan contoh gaya hidup dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode orang barat. Otomatis bukan hanya remaja Metropolitan saja yang mengikuti mode tersebut, tetapi juga orang-orang yang berada dalam perkampungan atau pedalaman. Sebagian besar remaja Indonesia belum dapat memfilter budaya tersebut dengan baik. So, pengaruh negatiflah yang timbul dari dalam diri remaja itu sendiri.
Kita tahu bahwa mode yang dipakai oleh orang barat kebanyakan menyimpang dari moral. Sedangkan kita sadar bahwa Indonesia terkenal dengan kesopanannya dan budi luhurnya. Namun, sebagian remaja Indonesia kemudian meniru atau mengikuti mode orang barat tanpa memfilternya secara baik dan tepat. Dan mungkin itu akan berakibat buruk bagi generasi penerus kita nanti.
Contoh berikutnya, gaya hidup sebagian remaja yang mengikuti budaya orang barat adalah mengkonsumsi minum – minuman keras, narkoba, dan barang haram sejenislainnya. Mereka beranggapan bahwa jika tidak mengkonsumsi barang-barang tersebut, maka ia akan dinilai sebagai masyarakat yang ketinggalan zaman atau tidak gaul. Ini adalah pengertian yang sangat salah. Di era modern ini, memang para remaja dituntut untuk berhati – hati dalam segala hal. Baik dalam pergaulan, maupun penerapan kehidupan. Padahal jika kita teliti, minum – minuman keras dan narkoba dapat merusak kesehatan dan mental orang yang mengkonsumsinya. Tetapi mereka tidak begitu paham dengan istilah itu. Mengapa?? Lagi-lagi karena pengaruh perkembangan zaman dan teknologi melalui tangan orang barat. Minum – minuman keras dan narkoba adalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh gaya hidup orang barat yang sangat berbahaya dan sangat berpengaruh bagi maju mundurnya suatu bangsa. Dan yang lebih anehnya, budaya tersebut telah diikuti oleh sebagian remaja Indonesia.
Untuk itu, di zaman yang serba modern ini orang tua yang mempunyai anak remaja harus memantau pergaulan, teman-teman, dan gaya hidup yang mereka terapkan. Dan untuk para remaja harus berhati -hati dalam menerima budaya dari luar dan harus bisa memfilter budaya dari luar secara baik dan tepat.

Gaya Hidup Mahasiswa di Universitas Negeri

17 Oct

Pakar pendidikan yang juga Guru Besar Ilmu Pendidikan Moral Universitas Negeri Semarang, Prof. Masrukhi menilai, saat ini banyak mahasiswa yang lebih berorientasi pada gaya hidup. ”Sebenarnya, ada lima wajah mahasiswa yang nampak dalam realitas diri dan sosial,” kata Pembantu Rektor III Unnes itu, usai dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan Moral Unnes, di Semarang, Rabu (28/9/2011). Ia menyebutkan, wajah pertama mahasiswa adalah idealis-konfrontatif, yang cenderung aktif menentang kemapanan, seperti melalui demonstrasi. Kedua, mahasiswa idealis-realistis, lebih kooperatif dalam perjuangan menentang kemapanan. Ketiga, kata dia, mahasiswa oportunis, yang cenderung mendukung pemerintah yang tengah berkuasa, kemudian keempat mahasiswa profesional, yakni mereka yang hanya berorientasi pada kuliah atau belajar. ”Empat wajah mahasiswa ini ternyata hanya ada sekitar 10 persen, selebihnya adalah wajah kelima, yakni mahasiswa rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup glamour dan bersenang-senang,” katanya.

Ia menyebutkan, jumlah mahasiswa di Indonesia pada 2010 mencapai sekitar lima juta orang, baik perguruan tinggi negeri, swasta, universitas terbuka, perguruan tinggi kedinasan, dan perguruan tinggi agama. ”Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 237 juta orang, maka jumlah mahasiswa ini hanya berada pada kisaran 2,4 persen. Jumlahnya memang relatif kecil,” katanya. Ia juga menyebutkan, mahasiswa yang memiliki pandangan idealis memiliki persentase yang kecil dibanding kelompok lain, namun kelima wajah mahasiswa itu sama-sama memiliki energi besar untuk bersatu-padu. ”Energi besar yang disebut collective consciousness (kesadaran kolektif) inilah yang menyebabkan gagasan, opini dari sekelompok kecil mahasiswa, akan menjadi gagasan besar mahasiswa dalam waktu cepat,” katanya.

Menurut dia, kesadaran kolektif yang dimiliki kalangan mahasiswa itu sudah terbukti dari sejarah perjalanan bangsa yang mencatat gerakan mahasiswa beberapa kali berhasil melakukan perubahan besar, misalnya reformasi. Karena itu, kata pria yang tertarik meneliti kehidupan mahasiswa itu, energi besar, yang dimiliki mahasiswa harus mampu diberdayakan secara cermat oleh kalangan perguruan tinggi, untuk melakukan internalisasi nilai. ”Kalau Unnes, lebih menanamkan nilai-nilai konservasi pada mahasiswanya. Tak sebatas konservasi berupa pelestarian lingkungan dan alam, namun mencakup konservasi nilai, moral, dan budaya,” kata Masrukhi.

http://edukasi.kompas.com/read/2011/09/28/20021925/Inilah.Lima.Wajah.Mahasiswa.Indonesia

Hello world!

10 Oct

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!